Powered By Blogger

Minggu, 02 Oktober 2011

Ustadz Nasrullah Ahlinya Metode Tamyiz

Nama Ustadz Nasrullah memang belum begitu populer di Kota Subulussalam. Namun di Pondok Pesantren Terpadu Raudhatul Jannah, asuhan ayahnya, Ustadz Nasrullah yang lahir 5 Mei 1986 merupakan ahlinya metode Bayt Tamyiz cara cepat belajar membaca dan menerjemahkan Alquran. Ustaz Nasrullah pun menjadi guru besar metode bayt tamyiz di Pesantren Raudhatul Jannah tempat dia mengabdi.

Lahir dari keluarga yang  cinta kepada ilmu telah menghantarkan Nasrullah hingga menguasai metode tamyiz yang diterapkan di pesantren yang terletak di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam. 

Ustaz Nasrullah belajar agama mula pertama dari orang tuanya Ustadz Khudri S.Pdi. Ia bersekolah di SDN Kutagara, Kecamatan Sultan Daulat. Lalu melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Darul Muta’alimin Tanah Merah, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil hingga lulus Madrasah Aliyah tahun 2006. 

Selanjutnya, anak keempat dari lima bersaudara ini menuntut ilmu ke Pondok Pesantren Mudi Mesra Samalanga selama tiga tahun. Berbagai macam aktivitas diikutinya, terutama kegiatan  yang mendukung aktivitas dakwah. Ia pun pernah menjuarai pidato tingkat bahasa Arab se Mudi Mesra tahun 2007, Juara II fahmil Qur’an se Mudi Mesra tahun 2008 serta menjadi guru teladan Ponpes Raudhatul Jannah 2010-2011. 

Nasrullah yang sehari-hari mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab ini juga mengikuti pelatihan metode tamyiz ke Jakarta awal 2010 lalu sehingga mampu menerapkan di pesantren tempat dia mengabdi. “Luar biasa hasilnya, karena selama ini santri paling bosan kalau belajar bahasa arab dan kitab kuning tapi sekarang mereka malah senang,” kata Ustaz Nasrullah kepada Serambi, Jum’at (5/8) lalu.

Menyenangkan
Keunggulan metode Tamyiz menurut Nasrullah karena cara belajarnya dengan pendekatan seni (bernyanyi) dan game (permainan). Sehingga para santri lebih enjoy karena belajarnya tidak kaku. Selama ini, saat belajar kitab kuning sering kali para santri mengantuk. Ada pula yang mengelak dengan bolos dan berbagai alasan. 

Namun, setelah diterapkannya metode Tamyiz, para santri tampak menyenangi sehingga untuk belajar malah mereka yang meminta. Metode tamyiz tersebut belajar seperti orang berdalail khairat yakni dengan lagu-lagu.

“Soal lagunya terserah mau irama dangdut atau bukan. Nah inilah yang membuat santri senang,” tandas Ustaz Nasrullah seraya menambahkan saat ini dia sedang menyesaikan sebuah buku Ikhtisar pi Nahwi wa Syarfi Min Jamiil Kutub sebagai bahan untuk lanjutan  metode Tamyiz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar