Powered By Blogger

Minggu, 02 Oktober 2011

Ponpes Raudhatul Jannah Ajarkan Santri dengan Metode Bayt Tamyiz



PDFPrint
PERKEMBANGAN Pondok Pesantren (Ponpes) Terpadu Raudhatul Jannah di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam yang berdiri 15 Juli 2007 ini cukup baik. Ini ditandai dari berbagai prestasi para santri di tingkat nasional, terutama di bidang muhadharah (pidato) tiga bahasa (Inggris, Arab dan Indonesia).
Sejak tahun 2010, pesantren yang dipimpin Ustadz Khudri S.PdI ini telah menerapkan metode Bayt Tamyiz, yakni cara cepat belajar membaca dan menerjemahkan Alquran.

Wakil Pimpinan Raudhatul Jannah, ustaz Amrullah SHI menuturkan, metode Tamyiz merupakan formulasi teori dasar Quantum Nahwu-Sharaf. Metode ini memiliki tahapan yakni tamyiz satu dalam 24 jam anak pintar terjamah Al Qur’an, Tamyiz dua dalam 100 jam pintar kitab kuning, dan Tamyiz tiga  pintar tarjemah dan kitabalah (Imla’) Qur’an dan Kitab Kuning. Penemu metode Tamyiz adalah ustadz Abaza MM, pimpinan Pesantren BAYT TAMYIZ Indramayu, Jawa Barat.

Di Kota Subulussalam bahkan mungkin di Aceh menurut Amrullah, baru  Raudhatul Jannah yang pertama kali menerapkan metode Tamyiz dalam pembelajaran. Keberhasilan metode Tamyiz, kata dia, berdasarkan riset yang telah dilakukan antara lain bahwa anak kecil kelas 1 SD/MI bisa pintar tarjemah Quran dan kitab kuning.

Waktu belajarnya relatif singkat, yakni hanya 100 jam belajar dan yang sudah lulus Tamyiz akhirnya bisa mengajarkan tarjamah Qur’an dan Kitab Kuning, termasuk anak yang masih kecil.

Ustadz Amrullah menjelaskan penguasaan Bahasa Arab dan Inggris merupakan ciri khas Pesantren Raudhatul Jannah. Kedua bahasa tersebut merupakan bahasa komunikasi yang diwajibkan di pesantren tersebut. Dijelaskan, bagi santri baru, pada bulan pertama akan diterapkan komunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik.

Lima bulan kemudian para santri mempelajari komunikasi bahasa Arab. Selanjutnya belajar komunikasi bahasa Inggris hingga akhir semester dua.  “Jadi, setahun santri itu belajar di sini sudah dapat berkomunikasid dengan dua bahasa asing,” timpal Mardhiati SSos, kepala SMP Raudhatul Jannah.

Keunggulan lainnya di bidang muhadharah (berpidato) dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. Terbukti, hingga kini sudah mampu menghantarkan empat orang santri ke tingkat nasional dalam ajang Festival Anak Shaleh Islami (FASI) pidato tiga bahasa. Salah seorang di antaranya yakni Basuki Rahmad mampu menduduki juara tiga nasional. Selain itu, Raudhatul Jannah mendapat juara II pesantren binaan terbaik PKK tingkat provinsi Aceh

Ponpes Raudhatul Jannah dihuni sekitar 387 santri/wati yang sekolah di tingkat SMP hingga SMA. Mereka umumnya berasal dari Kota Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Simelue, bahkan Sumatera Utara.

Para santri diajar oleh 15 tenaga guru ditambah 13 guru umum. Berbagai cita-cita dan program pimpinan pesantren untuk dunia pendidikan di Subulussalam dipaparkan. Namun, dalam mewujudkan program itu, tentunya tidak terlepas dari dukungan dana yang memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar